Agama-agama Cina yang popular di dunia adalah Konfusianisme, Budhaisme dan Taoisme. Tiga ajaran ini saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya, dan telah dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari orang Cina. Jika Konfusianisme lebih menekankan nilai-nilai etika kehidupan, Budhaisme lebih menekankan mengenai kehidupan setelah mati, maka Taoisme lebih menekankan keserasian hubungan manusia dengan alam.
Tiga ajaran ini sangat berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari dan keagamaan orang Cina, sehingga sulit bagi kita untuk memisahkan mana di antara praktek-praktek keagamaan orang Cina ini benar-benar murni bersumber pada Konfusianisme, Budhaisme, serta Taoisme. Dan dalam makalah kami akan menjelaskan lebih lanjut tentang apa itu agama Taoisme, ajaran-ajarannya, serta praktek ibadahnya.
Taoisme (Tionghoa: 道教 atau 道家 ) juga dikenal dengan Daoisme, diprakarsai oleh Laozi (老子: pinyin:Lǎozǐ) sejak akhir Zaman Chunqiu yang hidup pada 604-517 sM atau abad ke-6 sebelum Masehi. Taoisme merupakan ajaran Laozi yang berdasarkan Daode Jing (道德經,piyin:Dàodé Jīng). Pengikut Laozi yang terkenal adalah Zhuangzi (莊子) yang merupakan tokoh penulis kitab yang berjudul Zhuangzi.
Taoisme adalah sebuah aliran filsafat yang berasal dari Cina. Taoisme sudah berumur rubuan tahun, dan akar-akar pemikirannya telah ada sebelum masa Konfusiusme. Hal ini dapat disebut sebagai tahap awal dari Taoisme. Bentuk Taoisme yang lebih sistematis dan berupa aliran filsafat muncul kira-kira 3 abad SM. Selain aliran filsafat, Taoisme juga muncul dalam bentuk agama rakyat yang mulai berkembang 2 abad setelah perkembangan filsafat Taoisme.[1] Taoisme juga sering disebut dengan Tao.Tao adalah kekuatan utama didalam alam semesta yang terdapat pada semua benda, terdapat didalam inti segala benda di surga dan di bumi, kekal abadi dan tidak dapat berubah. Nama Tao itu diambil dari huruf Cina yang artinya jalan.[2] Berdasarkan sumber-sumber tertulis umumnya agama Tao diyakini berasal dari Kaisar Kuning (Wang-di).
Pendiri Taoisme ialah seorang ahli pikir Tiongkok terkenal dengan nama “Lao Tse” (gurub tua) yang diperkirakan lahir tahun 600 SM bertepatan dengaqn tahun ke 3 dari raja King Ting dari dinasti Kau.[3] Ia menjabat Pengawas Urusan Arsip pada Perpustakaan Kerajaan (Imperial Library).[4] Lao Tse dengan ketekunannya mempelajari buku-buku kuno dan kemudian membentuk pendapatnya sendiri tentang agama dan filsafat yang pada masa kemudian sangat menarik perhatian orang-orang yang mempelajarinya. Ketika berumur 90 tahun ia memutuskan untuk meninggalkan pekerjaan sebagai pegawai arsip kerajaan untuk kemudian melakukan pengembaraan ke seluruh negara guna menghindari tindakan raja yang ia anggap dzalim dan kejam.
Kitab Suci Ajaran Taoisme
Tao Te Ching merupakan kitab suci di dalam agama Tao, terpandang kitab suci tertipis di antara seluruh kitab suci berbagai agama di dunia. Terdiri atas 81 buah sajak-sajak singkat, disertai prosa-prosa singkat. Terdiri dari 25 halaman yang kemudian diberi komentar oleh pelbagai ahli filsafat sehingga menjadi kitab yang sangat tebal. Sekalipun Tao Te Ching itu tipis tetapi isinya mencakup hamper keseluruhan aspek kehidupan. Sekalipun kata yang digunakan sederhana akan tetapi kandungan maknanya berisikan banyak paradoks. Kitab tipi situ betul-betul merupakan tantangan bagi siapapun untuk memahamkan pengertiannya yang lebih dalam.[5]
Kitab ini ditulis oleh Lao Tse pada abad 6 SM. Sangat sulit bagi orang awam untuk memahami kitab tersebut karena sangat puitis dan disampaikan secara lugas. Isi terpenting dari Tao Te Ching yaitu ajaran tentang Wu-wei. Wu-wei merupakan perintah termasyhur bagi penganut Taoisme yang dijadikan pedoman-pedoman dan etika dalam memelihara kehidupan seseorang dan memberikan contoh “jalan” untuk menjadi orang yang bijaksana. Wu-wei adalah hidup yang dijalani tanpa ketegangan. Hal itu merupakan perwujudan yang murni dari kelemah-lembutan, kesederhanaan, dan kebebasan. [6]
Kitab tersebut menyimpan suatu pengertian yang ajaib (misterius) yaitu yang tersirat dalam kata “TAO”. Kata ini menyulitkan banyak sarjana untuk mengartikannya. Ajaran Taoisme cenderung membawa tradisi Tiongkok kono ke dalam bentuk keagamaan dan filsafat. Dengan demikian Lao Tse menjadikan Taoisma menjadi faham yang dapat mengimbangi paham Kungfusianisme yang terkenal sebagai paham kuno dan yang berusaha mempertahankan tradisi Tiongkok dalam bnentuk baru, tapi berada pada jalan yang sama dengan yang dilalui Taoisme.[7]
Di samping kitab Tao Te Ching terdapat kitab-kitab lain yang dianggap oleh para ahli sebagai karya kedua terbesar dari filsafat Taoisme, yaitu kitab Chuang-Tzu yang berisi tentang pemikiran guru Zhuang dan murid-muridnya dan kitab Leizi yang berisi kumpulan-kumpulan cerita dan hiburan dalam filsafat.
Ajaran dan Praktek Ibadah Taoisme
Taoisme memiliki empat ajaran yaitu:
1.Dao
Dao adalah inti dari ajaran Taoisme, yang berarti tidak berbentuk, tidak terlihat, tapi merupakan proses kejadian dari semua benda hidup dan segala benda-benda yang ada di alam semesta. Dao yang berwujud dalam bentuk benda hidup dan kebendaan lainnya adalah De. Gabungan Dao dengan De dikenal sebagai Taoisme yang merupakan landasan kealamian. Keabadian manusia terwujud disaat seseorang mencapai kesadaran Dao, dan orang tersebut akan menjadi dewa. Penganut-penganut Taoisme mempraktekkan Dao untuk mencapai kesadaran Dao, dan menjadi seorang dewa.
2. Yin dan Yang
Dao melahirkan sesuatu, yang disebut dengan Yin (Positif) dan Yang (Negatif), Yin dan Yang saling melengkapi untuk menghasilkan tenaga atau kekuatan. Kekuatan tersebut bersumber dari jutaan benda di dunia. Setiap benda di alam semesta yang berupa benda hidup ataupun benda mati mengandung Yin dan Yang yang saling melengkapi untuk mencapai keseimbangan.
Lambang Yin dan Yang
Yin : kegelapan, kejahatan, pasif, wanita, dsb.
Yang : cahaya terang, kebaikan aktif, positif, pria, dsb.
3. Pandangan tentang Manusia
Manusia yang sombong dan melakukan hal di luar kemampuannya, maka suatu saat dia akan mendapat celaan yang dapat membuatnya berduka atau menderita. Karena itu, seorang bijaksana yang mengenal Dao dan hukum alam akan memilih mengundurkan diri dan menolak segala penghargaan yang diberikan padanya. Ia memilih untuk tidak menonjolkan dirinya. Meskipun demikian, Taoisme tidak mengajarkan bahwa seseorang harus menyingkirkan seluruh harta benda yang dimiliki untuk mencapai ketentraman batin. Hal yang perlu dibuang adalah rasa kemelekatan terhadap harta tersebut. [8]
4. Etika
Dalam menjalani kehidupan yang ada, manusia mengarah pada kehidupan yang alamiah tanpa adanya proses ikut campur. Kehidupan yang alami inilah yang menjadi suatu kebajikan dasar yang memicu munculnya tiga buah kebajikan lain yang menuntun manusia dalam kehidupannya, yaitu lemah lembut, rendah hati, dan menyangkal diri. Kelemah-lembutan merupakan teman dari kehidupan, sebaliknya, kekerasan dan kekakuan adalah teman dari kematian. Rendah hati adalah sikap mampu membatasi diri dengan berbuat seperlunya saja. Di dalam kitab Daode Ching dikatakan, “Tidak ada kutuk yang lebih besar daripada merasa kurang puas. Tidak ada dosa yang lebih besar daripada selalu ingin memiliki. Kemudian menyangkal diri adalah sikap menganggap diri dan hidup manusia hanyalah sebagai pinjaman dari alam semesta kepada manusia. Oleh karena itu, manusia yang bijaksana dan menginginkan hidup tenang dan tenteram akan mempercayakan seluruh hidupnya kepada Dao atau alam semesta.[9]
Pekembangan Ajaran Taoisme
Perkembangan selanjutnya ajaran Lao Tse terletak ditangan murid-muridnya, yang terkenal diantaranya bernama Chuang Tse. Filosof Lao Tse meninggalkan sebuah kitab kecil Tao Te Ching yang berisi 5000 perkataan Tionghoa, yang kemudian dikomentari oleh Chuang Tse menjadi 52 buah buku tebal (yang masih ada tinggal 33 buku saja). Buku Chuang Tse tersebut menjadi popular di negeri Tiongkok dan banyak dikagumi orang di sana. Akan tetapi sayang tulisan-tulisan Chuang Tse tersebut tidak menggambarkan ajaran Lao Tse yang murni, oleh karena di sana-sini penuh dengan pandangannya sendiri yang menyimpang dari ajaran gurunya. Setelah Chuang Tse meninggal, maka banyak penulis yang melanjutkan ajaran Taoisme dalam bentuk keagamaan. Kemudian setelah Taoisme dipandang sebagai agama, maka faham ini mengalami penurunan karena dimasukkannya magic, takhayul, pendewaan terhadap kekuatan alam. Bahkan Lao Tse sendiri diperdewakan orang. Ketika Budhisme masuk Tiongkok, Taoisme meminjam dari padanya faham “Reinkarnasi” (penitisan roh kembali) sehingga Lao Tse dianggap sebagai titisan dewa Budha. Setelah itu didirikan banyak kuil diseluruh Tiogkok, diciptakan juga upacar-upacara dan kurban-kurban dqan sebagainya untuk memuja Lao Tse dan roh-roh halus.
Hampir 1000 tahun lamanya Taoisme berkembang seirimg dengan Kunfusianisme dan tersebar ke seluruh penjuru Tiongkok sehingga berpengaruh luas terhadap segala aspek kebudayaan. Akhirnya terjadi perpecahan dalam Taoisme yaitu timbulnya aliran Taoisme filosofis murni dan Taoisme religious (yang bersifat keagamaan). Taoisme yang bersifat filosofis mempunyai dasar filsafat naturalism (kealaman) yang mengajarkan bahwa segala sesuatu memiliki inti, misalnya kesederhanaan itu adalah kunci pengetahuan, kesabaran adalah kunci pengertian, kasih sayang dan ramah tamah adalah kunci persahabatan, sedangkan ketenangan adalah kunci kehidupan yang baik.
Selanjutnya Taoisme menjurus ke dalam suatu faham magisme serta praktek-praktek takhayul. Pengikutnya memuja dewa-dewa alam, memuja Lao Tse sendiri sebagai dewa, danh dewa-dewa yang berasal dari Budhaisme pun dipuja.
Maka akhirnya terjadilah pencampuradukan antara Taoisme dengan Budhisme yang selanjutnya sulit dibedakian antara keduannya, terutama dalam upacara-upacara pemujaan serta upacara-upacara keagamaan lainnya. Bertambah sulit lagi setelah Kunfusianisme bercampur baur dengan kedua faham tersebut. [10]
Comments
Post a Comment